Berkolaboratif dengan mahasiswa Prodi
Ushuluddin, Ali Ahmad Baidhawi, Drs. M. Yusron, M.Ag. melakukan penelitian
menmgenai sejarah dan perkembangan Jamaah Muji Rasul (JAMURO) yang kini
menjamur di Solo Raya. Dalam diskusi SETON, Sabtu 22 Pebruari 2014, Yusron
memaparkan hasil penelitian tersebut.
JAMURO adalah kelompok masyarakat Islam
dari kalangan Nahdlatul Ulama yang ingin melestarikan tradisi Aswaaja yang
dirasa mulai punah. Tradisi itu antara lain Barzanji, selawatan, dan Diba'an.
Punahnya tradisi tersebut disebabkan oleh derasnya budaya Barat modern, yang
kini merasuki generasi muda Indoensia termasuk generasi muda Islam, khususnya
angkatan muda NU.
Dari keprihatinan itulah, KH. Abdul
Karim Ahmad, mubaligh muda NU yang namanya cukup di kenal di Solo Raya merintis
berdirinya Jamuro yang dideklarasikan pada 21 April 2005. Dengan Jamuro, Abdul
Karim ingin mengajak warga NU dan umat Islam tradisional pada umumnya untuk
merespon penetrasi budaya asing dan gencarnya gerakan puritan Islam dengan
cara-cara damai dan santun. Hal ini disebabkan di beberapa tempat seperti di
Kudus dan Purwodadi merespon dakwah MTA dengan sikap emosional dan tidak
kekerasan. Jamuro ingin melakukan hal yang sama tetapi dengan cara damai. Oleh
karena itu Jamuro tidak turtutup hanya bagi warga NU tetapi terbuka untuk umum,
bahkan ditegaskan bahwa Jamuro adalah komunitas umat Islam yang independen dan
tidak merupakan bagian dari Nahdlatul Ulama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar