DIRGAHAYU PROKLAMASI REPUBLIK INDONESIA KE 69 (1945-2014): HARI ESOK LEBIH BAIK DARI HARI INI DAN KEMARIN ALLAHU AKBAR!!! Program Studi Perbandingan Agama (Ushuluddin) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA: Yusron Teliti JAMURO (Jamaah Muji Rasul)

Translate/Terjemah/ترجمة

Kamis, 27 Februari 2014

Yusron Teliti JAMURO (Jamaah Muji Rasul)

Berkolaboratif dengan mahasiswa Prodi Ushuluddin, Ali Ahmad Baidhawi, Drs. M. Yusron, M.Ag. melakukan penelitian menmgenai sejarah dan perkembangan Jamaah Muji Rasul (JAMURO) yang kini menjamur di Solo Raya. Dalam diskusi SETON, Sabtu 22 Pebruari 2014, Yusron memaparkan hasil penelitian tersebut.
JAMURO adalah kelompok masyarakat Islam dari kalangan Nahdlatul Ulama yang ingin melestarikan tradisi Aswaaja yang dirasa mulai punah. Tradisi itu antara lain Barzanji, selawatan, dan Diba'an. Punahnya tradisi tersebut disebabkan oleh derasnya budaya Barat modern, yang kini merasuki generasi muda Indoensia termasuk generasi muda Islam, khususnya angkatan muda NU. 
Di samping itu, juga disebabkan oleh gencarnya gerakan puritan Islam seperti MTA (Majelis Tafsir Al-Quran) yang sangat mengganggu ketenangan warga NU, karena MTA memberikan kritik tajam terhadap berbagai tradisi umat Islam yang dipandang sebagai bid'ah, dan penyimpangan akidah. Menariknya paparan MTA dilakukan dengan keterangan yang logis dan rasional meskipun seringkali tanpa dalil. Namun, lebih mengena di hati masyarakat, sehingga banyak masyarakat Islam di pedesaan yang tertarik kepada model dakwah MTA. 

Dari keprihatinan itulah, KH. Abdul Karim Ahmad, mubaligh muda NU yang namanya cukup di kenal di Solo Raya merintis berdirinya Jamuro yang dideklarasikan pada 21 April 2005. Dengan Jamuro, Abdul Karim ingin mengajak warga NU dan umat Islam tradisional pada umumnya untuk merespon penetrasi budaya asing dan gencarnya gerakan puritan Islam dengan cara-cara damai dan santun. Hal ini disebabkan di beberapa tempat seperti di Kudus dan Purwodadi merespon dakwah MTA dengan sikap emosional dan tidak kekerasan. Jamuro ingin melakukan hal yang sama tetapi dengan cara damai. Oleh karena itu Jamuro tidak turtutup hanya bagi warga NU tetapi terbuka untuk umum, bahkan ditegaskan bahwa Jamuro adalah komunitas umat Islam yang independen dan tidak merupakan bagian dari Nahdlatul Ulama. 

Tidak ada komentar: