DIRGAHAYU PROKLAMASI REPUBLIK INDONESIA KE 69 (1945-2014): HARI ESOK LEBIH BAIK DARI HARI INI DAN KEMARIN ALLAHU AKBAR!!! Program Studi Perbandingan Agama (Ushuluddin) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA: Abdullah Mahmud: FILSAFAT ILUMINASI SUHRAWARDI

Translate/Terjemah/ترجمة

Selasa, 25 Februari 2014

Abdullah Mahmud: FILSAFAT ILUMINASI SUHRAWARDI

Dilihat secara keseluruhan tujuan filsafat Iluminasi diarahkan pada sasaran yang bersifat teoretis di samping sisi praktis yang dapat dicapai, arah tersebut dimulai dengan penyucian diri dari segalala kotoran, baik secara ruhani ataupun jasmani. Langkah ini ditempuh sebagai tahapan awal penjalinan hubungan dengan Cahaya Murni-kesepuluh yang menjadi medium antara dunia materi dan imateri. Cahaya Murni-kesepuluh adalah emanasi dari “Wujud Cahaya Agung” yang nantinya akan menganugrahkan pengalaman visioner setelah subjek berhasil menapaki syarat dan ritual-ritual yang telah ditentukan sebelumnya. Merasuknya Cahaya-cahaya Murni ke dalam subjek mengantarkan pada pengetahuan yang tidak diperoleh melalui proses berfikir, kejadian ini berlangsung pada alam kusus yang disebut dengan mundus imaginalis (Al-Âlam Al-Mitsâli). Adapun tahapan selanjutnya ditempuh dengan pendemostrasian dengan landasan logis, epistemologis dan metafisika Aristotelian Timur (Al-Mayaiun Al-Syarqiyun) sebgai cara intensif menjabarkan dari simbol-simbol bahasa yang dimengerti tetapi sulit diungkapkan. Demikian paparan Abdullah Mahmud dalam diskusi Seton, Sabtu 22 Pebruari 2014 yang lalu.
Pada setiap diri (pribadi) sudah mempunyai potensi “olah dabadi” (al Khamirat al Azaliyyah) yaitu kebijaksanaan abadi (sophia perennis). Potensi itu oleh Allah Azza wa Jalla sudah ditaruh secara naluri –tersamar—dalam diri setiap insan, yang siap diolah dan diaktualisasikan melalui latihan intelektual dan penyucian hati.Para filosof seperti Pythagoras dan Plato mereka mengaktualisasikan dan mentransforrmasikan kepada seorang sufi kenamaan bernama Dzunnun al Misr dan Sahl al Tausi. Sedangkan orang-orang bijak Persia mengaktualisasikan dan mentransforrmasikan kepaada Aba Yazid dan Mansur al Hallaj. Dua ajaran tersebut menyatu dalam diri seorang Suhrawadi. Dengan kecermatan serta usaha untuk menyucikan hati, Suhrawadi mengkombinasikan pengetahuan hati (inner knowledge) dari para guru diatas, dengan intelektual dari guru seperti al farabi dan Ibnu Sina. Menurut Suhrawadi, sesungguhnya pencarian pengetahuan melalui Tuhan dan KitabNya. Seorang Filosof dalam Islam tidak hanya diharapkan menjadi intelektual yang berwawasan luas, namun juga memiliki kesucian hati. Wallah A’lam bi al Shawwab.

Tidak ada komentar: