Dalam ajaran Islam, Isra’ Mi’raj adalah
mukjizat dan peristiwa penting yang dialami oleh Rasulullah SAW. Salah
satu buah dari Isra’ Mi’raj adalah perintah shalat 5 waktu. Sebaliknya,
Kenaikan Yesus ke Surga adalah doktrin yang mahapenting dalam ajaran
Kristen, karena diyakini satu paket dengan doktrin penyaliban dan
kebangkitan Yesus untuk menebus dosa manusia.
Menurutnya,
Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad tidak bisa dipercaya karena dilakukan pada
waktu malam tanpa dilihat oleh saksi mata satu orang pun. Penginjil
menulis:
Di Indonesia, kedua momen itu diperingati
setiap tahun sebagai hari libur nasional. Tahun 2014 ini, Isra’ Mi’raj
dan Kenaikan Yesus itu bertepatan pada hari yang berdekatan pada pekan
terakhir bulan Mei.
Dalam artikel “Perjalanan Nabi Allah ke Sorga” di situs http://www.####danislam, para penginjil Kristen membandingkan peristiwa Isra’ Mi’raj dan Kenaikan Yesus ke Surga dengan cara yang culas dan tidak fair.
“Saksi mata sangat dibutuhkan untuk
membenarkan sebuah perkara. Di pengadilan misalnya, kesaksian yang
didukung saksi mata, akan lebih diterima Hakim dibanding kesaksian tanpa
saksi mata. Bahkan seseorang yang dianggap benar, tapi tidak dapat
mengajukan saksi mata, di pengadilan dapat menjadi pihak yang kalah.
Mungkin saudara bertanya, “Apa hubungan saksi mata dengan Isra Mi’raj Nabi Muhammad?
Perjalanan Isra Mi’raj tidak ada
saksi mata. Isra Mi’raj merupakan peristiwa penting bagi kenabian
Muhammad. Menurut kami, wajar saja bila umat non-Muslim tidak dapat
mempercayai peristiwa Isra Mi’raj. Sebab tidak ada seorang pun saksi
mata ketika Muhammad melakukan “perjalanan” tersebut.”
Setelah menggugat Isra’ Mi’raj, penginjil
beralih memuji doktrin Kenaikan Yesus sebagai peristiwa nyata dan
valid, karena terjadi pada siang hari dengan disaksikan dengan mata
telanjang oleh banyak orang. Berikut kutipannya:
“Bila kita melihat bagaimana
perjalanan Muhammad dan Isa Al-Masih ke sorga, khususnya dalam hal saksi
mata, perjalanan Isa Al-Masih lebih dapat diterima. Alasannya: Pertama,
ketika Dia naik ke sorga, dilakukan pada siang hari, bukan tengah
malam. Kedua, banyak saksi mata yang menyaksikan peristiwa tersebut. Dan
ketiga serta yang paling penting: Peristiwa itu adalah benar-benar
nyata, bukan sebuah mimpi atau ilusi, sebagaimana yang tertulis dalam
kitab suci. Yang melihat Yesus terangkat naik ke sorga saat itu, bukan
hanya murid-murid pertama-Nya. Tetapi juga disaksikan oleh orang-orang
Yahudi yang telah menjadi pengikutnya kala itu.”
Sekilas, terutama bila dibaca oleh orang
yang malas berpikir, argumen penginjil di situs kristenisasi berkedok
Islam itu memang masuk akal. Tapi bagi orang yang kritis dan
bersungguh-sungguh mencari kebenaran, seluruh analogi dan argumen
penginjil itu sangat rapuh dan irasional.
PERTAMA. Memang
benar, dalam peristiwa Isra’ Mi’raj itu Rasulullah SAW tidak didampingi
oleh seorang pun, karena ini adalah mukjizat kenabian yang hanya bisa
dilakukan oleh orang-orang dikehendaki (iradah) Allah SWT.
Peristiwa ini terjadi pada periode akhir
kenabian di Makkah sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah yaitu antara
tahun 620-621 M. Sebagian ulama menyebutkan, peristiwa ini terjadi pada
malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian.
Ingat, peristiwa agung ini adalah
kehendak Allah, bukan kehendak Rasulullah. Dalam surat Al-Isra’ 1
disebutkan dengan jelas dengan kata kerja “asraa” yang berarti
memperjalankan atau memberangkatkan.
Tentu saja, Abu Jahal, para tokoh kafir
Quraisy dan para penginjil Kristen tidak dikehendaki Allah SWT untuk
mendampingi isra mi’raj Rasulullah SAW karena sama sekali tidak memiliki
sifat-sifat kenabian, keagungan dan kemuliaan selevel Rasulullah SAW.
KEDUA, meski
tidak disaksikan oleh manusia, tapi validitas peristiwa isra’ mi’raj
tidak bisa diragukan, karena kesaksian Allah SWT dalam Kitab Suci
Al-Qur’an jauh melebihi kesaksian manusia.
“Maha Suci Allah yang telah
memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al
Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami
perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami.
Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (Qs Al-Isra’ 1).
Ayat ini terbukti keasliannya tanpa
mengalami perubahan satu titik koma pun sejak diwahyukan Allah kepada
Rasulullah, hingga berabad-abad kemudian ayat ini dihafal umat Islam
sampai sekarang.
KETIGA,
ketiadaan saksi mata dalam perjalanan isra’ mi’raj sama sekali tidak
menjadi alasan untuk meragukan peristiwa tersebut. Faktanya, kaum
Quraisy yang menertawakan kisah isra’ (perjalanan dari Masjidil Haram di
Mekkah ke Masjidil Aqsha), melakukan serangkaian pengujian (testing)
kepada Rasulullah. Hasilnya, mereka tidak bisa menampik bahwa Rasulullah
memang melakukan perjalanan tersebut dalam satu malam.
Pada keesokan hari setelah Isra’ Mi’raj,
Rasulullah SAW mengundang para kaum Quraisy. Beliau berdiri di samping
Ka’bah dan meminta mereka mendengarkan kisahnya yang dialaminya semalam.
Awalnya, orang-orang Quraisy malas-malasan dan acuh tak acuh terhadap
beliau. Namun akhirnya mereka mulai berdatangan.
Bahkan salah satu orang Quraisy mendesak
Rasulullah SAW untuk segera bercerita. Namun, setelah mendengarkan
cerita Rasulullah, orang-orang Quraisy menertawakan dan menuding
Rasulullah SAW linglung dan berbohong. Mereka tak percaya, bagaimana
mungkin dalam waktu semalam, Rasulullah SAW bisa menempuh perjalanan
dari Mekah ke Palestina dan pagi harinya sudah kembali lagi di Mekah.
Sambil terus mengolok-olok Rasulullah
SAW, mereka menanyakan berapa jumlah tiang di Baitul Maqdis. Rasulullah
pun menjawabnya dengan tepat dan cepat berapa jumlah tiang masjid Baitul
Maqdis. Bahkan dengan akurat dia sebutkan bagaimana bentuk halaman
depannya, seperti apa ukiran-ukiran yang ada dinding masjid tersebut,
dan sebagainya.
Di tengah kerumunan tersebut, Abu Bakar
berdiri di samping Rasulullah SAW. Dengan lantang Abu Bakar menyatakan
bahwa dia percaya dan membenarkan isra’ mi’raj Rasulullah SAW. Sejak itu
Abu Bakar dijuluki Ash-Shiddiq, yaitu orang yang membenarkan. Peristiwa
ini diabadikan dalam hadits riwayat Imam Ahmad dari Ibnu Abbas RA yang
dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah (VII:3021).
KENAIKAN YESUS DALAM BIBEL KONTRADIKTIF
Bagaimana dengan peristiwa Kenaikan Yesus ke Surga? Nas Bibel menyebutkan: “Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah ia ke sorga, lalu duduk di sebelah kanan Allah” (Markus 16:19).
Kesaksian Markus bahwa Yesus duduk di
sebelah kanan Allah juga bertentangan dengan nas Kisah Para Rasul 7:56
yang menceritakan bahwa Yesus tidak duduk, melainkan berdiri di sebelah
kanan Tuhan: “Lalu katanya: “Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah”.
Dari kedua kesaksian tersebut, mana yang
benar dan bisa dipercaya? Karena duduk dan berdiri adalah kondisi yang
berbeda dan bertentangan.
Selain itu, kesaksian Markus bahwa Yesus
sudah naik ke sorga lalu duduk/berdiri di sebelah kanan Allah, ini jelas
menunjukkan posisi Allah yang berarti Tuhan bisa dilihat dengan mata
kepala. Hal ini tidak dapat dipercaya, sebab mustahil mata manusia bisa
melihat Allah, bahkan bertentangan dengan ajaran Yesus sendiri:
“Bapa yang mengutus aku, Dialah yang bersaksi tentang aku. Kamu tidak pernah mendengar suara-Nya, rupa-Nyapun tidak pernah kamu lihat” (Yohanes 5: 37).
“Dialah satu-satunya yang tidak takluk kepada maut, bersemayam dalam terang yang tak terhampiri. Seorang pun tak pernah melihat Dia dan memang manusia tidak dapat melihat Dia” (I Timotius 6: 16; bdk: I Timotius 1: 17, Keluaran 33: 20, I Yohanes 4: 12)
“Hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya bagi Raja segala zaman, Allah yang kekal, yang tak nampak, yang esa! Amin” (I Timotius 1: 17).
“Lagi firman-Nya: “Engkau tidak tahan memandang wajah-Ku, sebab tidak ada orang yang memandang Aku dapat hidup” (Keluaran 33: 20).
“Tidak ada seorang pun yang pernah melihat Allah” (I Yohanes 4: 12).
Jika kesaksian Markus tentang Kenaikan
Yesus ke Surga itu dibenarkan, apakah ratusan ayat yang lain itu harus
dianggap ayat palsu?
KENAIKAN YESUS KE SURGA ADALAH DOKTRIN PALSU
Klaim penginjil Kristen bahwa Kenaikan
Yesus ke Surga peristiwa yang valid karena disaksikan langsung oleh para
murid Yesus, adalah isapan jempol belaka.
Injil Markus melaporkan kisah kenaikan Yesus ke surga sbb: “Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah ia ke sorga, lalu duduk di sebelah kanan Allah” (Markus 16:19).
Kesaksian tidak dapat diterima, karena
Injil Markus ayat 9-20 bukan termasuk Injil naskah lama yang asli,
melainkan tambahan belaka. Para pakar Alkitab secara konsensus mengakui
bahwa ayat tersebut adalah palsu, bukan Injil Markus yang asli.
Perhatikan vonis para ilmuwan Kristen berikut:
“The earliest manuscript and some other ancient witnesses do not have Mark 16:9-20” (The Holy Bible New International Version, h.1159).
“Pandangan yang umum diterima ialah bahwa
Injil ini dirusakkan pada halaman terakhir, baru setelah ditulis. Atau
bahwa Markus tidak dapat menyelesaikannya, barangkali karena
bertambah-tambahnya penghambatan. (Tafsiran Alkitab Masa Kini 3, hal. 190).
“Markus 16:9-20 ini agaknya tidak
termasuk Injil Markus yang asli. Mungkin tidak lama setelah Markus
terbit, bagian penutup ini dimasukkan sebagai pengganti penutup yang
lain” (Kitab Suci Perjanjian Baru dengan Pengantar dan Catatan, hal. 133).
“Ayat lainnya dari bab 16 ini (Markus
16:9-20) rupanya ditulis oleh tangan orang lain. Meskipun jelas bukan
dari Markus, namun Gereja tidak pernah meragukan sebagai juga terilhami”
(Tafsir Injil Markus, hal. 18).
Lembaga Biblika Indonesia, mempertegas kepalsuan ayat yang mengandung doktrin Kenaikan Yesus ke Surga dalam Kitab Suci Perjanjian Baru dengan Pengantar dan Catatan (Imprimatur Mgr Donatus Jagom SVD, Uskup Agung Ende-Ndona):
“Bagian ini kiranya dalam abad ke II
Masehi baru ditambahkan pada Markus ayat 9-20. Bagian penutup Markus ini
pasti termasuk ke dalam Kitab Suci dan diinspirasikan. Ini belum
berarti bahwa ayat-ayat ini juga dituliskan oleh Markus. Dan sangat
diragukan apakah sungguh termasuk ke dalam Injil, sebagaimana digubah
oleh Markus. Memang ada kesulitan besar timbul dari keadaan
naskah-naskah yang memuat Markus. Beberapa naskah, antara lain
naskah yang paling penting, Vatikanus dan Sinaitikus, tidak memuat
bagian penutup ini… Kutipan-kutipan pada para pujangga Gereja juga agak
kacau dan sedikit tidak keruan. Boleh ditambahkan juga bahwa antara ayat 8 dan 9 cerita terputus.” (cetakan tahun 1976/1977, hlm. 131-132)
Jika ayatnya palsu, maka doktrin Kenaikan Yesus juga wajib dinilai palsu! [A. Ahmad Hizbullah MAG/SI] (VOA-Voice of Al-Islam)
About these ads
Tidak ada komentar:
Posting Komentar